Kehidupan Semasa di Pondok
Waktu itu aku masih kelas 2 Mts,aku sekolah ke lain desa karena di desaku tidak ada sekolah pendidikan agama setingkat, di sekolahku antara cowok dan cewek dipisah kelas, aku sendiri tak banyak mengenal teman cewek kecuali mereka dari desaku sendiri, tetapi banyak temen cewek yang mengenaliku disebabkan bapakku salah satu guru disitu. aku tak pernah tergabung dalam OSIS, meskipun ketuanya temen akrabku. suatu saat ada undangan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) se kecamatan, aku beserta beberapa temanku di kirim untuk menjadi perwakilan sekolah, entah mengapa mereka mengirimku padahal aku bukan anak OSIS. saat MAKESTA aku mendapatkan 2 teman baru namanya hardi dan ath'oillah (nama adikku tapi saat itu adikku belum lahir).
Aku melanjutkan sekolah ke SMAN di lain kecamatan, jaraknya jauh sehingga bapakku menyuruhku untuk mondok, saat aku daftar di SMA ternyata aku melihat hardi dan atho' juga daftar di situ, akhirnya kami berbincang bincang dan sepakat untuk mondok di tempat yang sama.
Di pondokku di terapkan sistem berbicara bahasa arab dan bahasa inggris, tapi lebih menekannkan bahasa arabnya, tetapi meskipun begitu kami tetap saja tidak bisa bicara bahasa arab dengan lancar.
Jika kalian di hadapkan dengan 2 dunia, kalian pasti bingung, itulah yang ku alami semasa aku hidup di pondok. bisa di bayangkan setiap pagi aku harus belajar di sekolah sampai sore dan malamnya aku harus belajar diniyah di pondok, tidak ada waktu buat belajar pelajaran sekolah, itulah alasannya kenapa aku masih bodoh sampai sekarang.
biasanya aku, hardi dan atho' selalu mampir ke musholla SMA seusai pelajaran berlangsung, kami mengistirahatkan badan, kami tidur di musholla sebentar barulah kami pulang ke pondok, alasannya jika tidak tidur di musholla lantas kami harus tidur dimana? di pondok jelas gag mungkin bisa tidur siang. malam hari sehabis maghrib harus mengaji sampai isya' kemudian belajar diniyah sampai jam 9.30 malam. barulah aku bisa belajar pelajaran sekolah dan itupun sangat jarang sekali karena biasanya aku langsung tidur kecapean, bila ada pr maka bisa bisa aku harus mengerjakan sampai jam 1 pagi. keesokannya di sekolah, di tengah tengah jam pelajaran aku selalu tidur karena tidurku terlalu malam.
jarak antara sekolahku dan pondok terpaut 1,5 km. kami (aku,hardi dan atho') selalu berangkat bersama dengan jalan kaki. jika waktu pulang aku selalu minta bantuan teman untuk mengantarku ke pondok.
itu hanyalah sepenggal cerita dari sudut pandang yang tidak mengenakkan, tapi jangan harap kehidupan pondok selalu begitu, ada juga sisi menyenangkannya,
sewaktu musim hujan telah tiba, tiba juga rizki yang berlimpah bagi kami, sehabis sholat ashar biasanya aku bermain sepak bola tapi kali ini tidak, kami pergi ke kebun di belakang pondok, kami mencari buah mangga yang jatuh, satu demi satu kami pungut untuk di bawa pulang ke pondok, sewaktu dalam perjalanan pulang, kami dihadang oleh seekor sapi, kami di kejar, kami pun lari, lari sekencang kencangnya sambil hujan hujanan, huh.. sampai di pondok kami makan buah itu bersama sama sambil bicara dan tertawa mengingat kejadian tadi.
Aku melanjutkan sekolah ke SMAN di lain kecamatan, jaraknya jauh sehingga bapakku menyuruhku untuk mondok, saat aku daftar di SMA ternyata aku melihat hardi dan atho' juga daftar di situ, akhirnya kami berbincang bincang dan sepakat untuk mondok di tempat yang sama.
Di pondokku di terapkan sistem berbicara bahasa arab dan bahasa inggris, tapi lebih menekannkan bahasa arabnya, tetapi meskipun begitu kami tetap saja tidak bisa bicara bahasa arab dengan lancar.
Jika kalian di hadapkan dengan 2 dunia, kalian pasti bingung, itulah yang ku alami semasa aku hidup di pondok. bisa di bayangkan setiap pagi aku harus belajar di sekolah sampai sore dan malamnya aku harus belajar diniyah di pondok, tidak ada waktu buat belajar pelajaran sekolah, itulah alasannya kenapa aku masih bodoh sampai sekarang.
biasanya aku, hardi dan atho' selalu mampir ke musholla SMA seusai pelajaran berlangsung, kami mengistirahatkan badan, kami tidur di musholla sebentar barulah kami pulang ke pondok, alasannya jika tidak tidur di musholla lantas kami harus tidur dimana? di pondok jelas gag mungkin bisa tidur siang. malam hari sehabis maghrib harus mengaji sampai isya' kemudian belajar diniyah sampai jam 9.30 malam. barulah aku bisa belajar pelajaran sekolah dan itupun sangat jarang sekali karena biasanya aku langsung tidur kecapean, bila ada pr maka bisa bisa aku harus mengerjakan sampai jam 1 pagi. keesokannya di sekolah, di tengah tengah jam pelajaran aku selalu tidur karena tidurku terlalu malam.
jarak antara sekolahku dan pondok terpaut 1,5 km. kami (aku,hardi dan atho') selalu berangkat bersama dengan jalan kaki. jika waktu pulang aku selalu minta bantuan teman untuk mengantarku ke pondok.
itu hanyalah sepenggal cerita dari sudut pandang yang tidak mengenakkan, tapi jangan harap kehidupan pondok selalu begitu, ada juga sisi menyenangkannya,
sewaktu musim hujan telah tiba, tiba juga rizki yang berlimpah bagi kami, sehabis sholat ashar biasanya aku bermain sepak bola tapi kali ini tidak, kami pergi ke kebun di belakang pondok, kami mencari buah mangga yang jatuh, satu demi satu kami pungut untuk di bawa pulang ke pondok, sewaktu dalam perjalanan pulang, kami dihadang oleh seekor sapi, kami di kejar, kami pun lari, lari sekencang kencangnya sambil hujan hujanan, huh.. sampai di pondok kami makan buah itu bersama sama sambil bicara dan tertawa mengingat kejadian tadi.
Comments